PERSIAPAN MENYAMBUT RAMADHAN
KHUTBAH JUMAT PERTAMA
إِنَّ
الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
Kaum muslimin wal muslimat Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah.
Alhamdulillah,
kita bersyukur kepada Allah karena di hari yang mulia ini kita
dikumpulkan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hari Jumat merupakan hari raya kaum muslimin dalam setiap pekannya.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah,
‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa
yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Kaum muslimin wal muslimat yang dirahmati Allah.
Bulan Ramadhan
beberapa saat lagi akan datang menjumpai kita, bulan yang mulia, yang
diharapkan oleh orang-orang shalih perjumpaan dengannya. Di bulan
tersebut, seseorang bisa mengumpulkan pahala yang banyak dengan waktu
yang singkat demi mencapai kedudukan yang mulia di sisi Allah Ta’la.
Sejenak, marilah kita introspeksi, sudah berapa kali kita mendapati Ramadhan. Namun, apakah kita telah meraih pelajaran-pelajaran berharga dari bulan Ramadhan?! Sudahkah Ramadhan membuahkan perubahan dalam pribadi kita ataukah hanya sekedar rutinitas belaka yang datang dan berlalu begitu saja?!
Oleh karenanya, perkenankanlah kami pada khotbah kali ini untuk menyampaikan beberapa pelajaran Ramadhan, semoga dapat kita pahami, menjadi motivasi, dan dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Amin.
Bulan Ramadhan
merupakan sekolah keimanan dan bengkel yang sangat manjur bagi orang
yang mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil darinya,
di antaranya:
Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi pertama
diterimanya suatu amalan ibadah seorang hamba. Dalam ibadah puasa secara
khusus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من صام رمضان إيمانا واتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala Allah, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. bukhori dan Muslim)
Demikian
pula dalam setiap amal ibadah kita, marilah kita ikhlaskan murni hanya
untuk Allah semata sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah.
Ingatlah bahwa sebesar apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi bila
tidak ikhlas mengharapkan wajah Allah maka sia-sia belaka tiada berguna.
Dalam
sebuah hadis riwayat Imam Muslim no. 1905 dikisahkan bahwa tiga
golongan yang pertama kali dicampakkan oleh Allah adalah mujahid,
pemberi shodaqoh, dan pembaca Alquran. Perhatikanlah, bukankah jihad
merupakan amalan yang utama?! Bukankah shodaqoh dan membaca Alquran
merupakan amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa mereka malah
dicampakkan ke neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan keikhlasan
dalam beramal.
Mutaba’ah
Mengikuti sunah merupakan fondasi
kedua untuk diterimanya suatu ibadah. Betapa pun ikhlasnya kita dalam
beribadah tetapi kalau tidak sesuai dengan sunah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam maka tertolak dan tidak diterima. Oleh karenanya,
dalam berpuasa kita meniru bagaimana puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam seperti mengakhirkan sahur dan bersegera dalam berbuka.
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
“Manusia
akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka puasa dan mengakhirkan sahur.” (HR. Bukhori-Muslim)
Demikian
pula dalam setiap ibadah lainnya, marilah kita berusaha untuk meniru
agar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
sehingga amal kita tidak sia-sia belaka.
Benarlah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa setiap kebaikan dan kejayaan
hanyalah dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
walaupun terkadang akal belum menerima sepenuhnya.
Dalam Perang
Uhud, kenapa kaum muslimin mengalami kekalahan? Jawabannya, karena
mereka tidak taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh
karenanya, apabila kita menginginkan kejayaan maka hendaknya kita
menghidupkan dan mengagungkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bukan malah merendahkan dan melecehkannya!!
Takwa dan Muroqobah
Meraih derajak takwa merupakan tujuan pokok ibadah puasa. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah: 183)
Takwa artinya takut kepada Allah dengan
menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya sesuai
dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya,
marilah kita koreksi dan bertanya pada hati kita masing-masing, apakah
kita bertujuan hendak meraih tujuan puasa ini?! Akankah kita memetik
buah ketakwaan ini?! Ataukah kita puasa hanya menjalaninya dengan
anggapan sekadar rutinitas saja?!
Seorang yang berpuasa tidak akan
berbuka sekalipun manusia tidak ada yang mengetahuinya karena merasa
takut dan merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-geriknya. Demikianlah
hendaknya kita dalam setiap saat merasa takut dan diawasi oleh Allah di
mana pun berada dan kapan pun juga, terlebih ketika kita hanya seorang
diri. Apalagi pada zaman kita ini, alat-alat kemaksiatan begitu mudah
dikonsumsi, maka ingatlah bahwa itu adalah ujian agar Allah mengetahui
siapa di antara hamba-Nya yang takut kepada-Nya.
Persatuan
Bersatu
dan tidak berpecah belah merupakan suatu prinsip yang diajarkan Islam
dalam banyak ayat Alquran dan hadis. Dalam puasa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ وَالفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ
“Puasa
itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu hari (ketika)
manusia berhari raya.” (HR. tirmidzi no. 607 dan dishohihkan al-Albani
dalam ash-Shohihah no. 224)
Ya, demikianlah ajaran Islam yang
mulia. Lantas kenapa kita harus berpecah belah dan fanatik terhadap
kelompok dan golongan masing-masing, padahal sembahan kita satu, Rasul
kita satu, ka’bah kita satu, dan Alquran kita satu?! Oleh karenanya,
marilah kita rapatkan barisan kita dan rajut persatuan dengan mengikuti
Alquran dan sunah, taat kepada pemimpin kita, dan mengingkari setiap
pemikiran yang mengajak kepada perpecahan.
Kembali kepada Ajaran Alquran
Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran yang berisi petunjuk bagi umat manusia. Allah berfirman,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadhan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang haq dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)
Maka hal
ini memberikan pelajaran kepada kita kaum muslimin agar kembali kepada
ajaran Alquran dengan membacanya, memahami isinya, mengamalkannya, dan
menjadikannya sebagai cahaya dalam menapaki kehidupan ini.
Kehinaan yang menimpa kaum muslimin pada zaman sekarang tidak lain adalah disebabkan jauhnya mereka dari Alquran dan sunah.
إِذَا
تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ
بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا
لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian
telah berjual beli dengan sistem al-inah (salah sistem menuju riba),
kalian sibuk dengan ekor sapi, rela dengan tanaman, meninggalkan jihad,
maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian dan Alah tidak
mencabutnya dari kalian sehingga kalian kepada agama kalian.” (HR. Abu
Dawud no. 3462 dan dishohihkan al-Albani dalam ash-Shohihah no. 11)
Demikian
pula, bencana demi bencana yang menimpa negeri ini dari tsunami,
banjir, tanah longsor, lumpur panas, dan sebagainya, barangkali semua
itu karena perbuatan dosa umat manusia agar mereka segera menyadari dan
kembali kepada ajaran agama yang suci. Allah berfirman,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
“Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan disebabkan ulah perbuatan manusia.” (QS. Ar-Rum: 41)
Demi
Allah, sesungguhnya kemaksiatan itu sangat berpengaruh pada keamanan
suatu negeri, kenyamanan, dan perekonomian rakyat. Sebaliknya, ketaatan
akan membawa keberkahan dan kebaikan suatu negera. Allah berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS.
Al-A’rof: 96)
Kasih Sayang Terhadap Sesama
Bulan Ramadhan
adalah bulan kasih sayang dan kedermawanan, karena bulan itu adalah
bulan yang sangat mulia dan pahalanya berlipat ganda. Nabi kita Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dan
lebih dermawan lagi apabila di bulan Ramadhan, sehingga digambarkan bahwa beliau lebih dermawan daripada angin yang kencang.
“Barangsiapa
memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala semisal
oran gyan gberpuasa, tanpa dikurangi dari pahala yang orang berpuasa
sedikit pun.” (HR. Tirmidzi no. 807 dan dishohihkan al-Albani)
Hal
ini menunjukkan kepada kita bahwa Islam adalah agama yang rahmat (kasih
sayang) kepada sesama. Bagaimana tidak, di antara nama Allah adalah
Rahman dan Rahim (Maha penyayang), Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga adalah penyayang, Alquran juga penyayang, lantas bagaimana
ajaran Islam tidak menganjurkan umatnya untuk berbuat kasih sayang
kepada sesama?!
Oleh karenanya, celakalah segelintir orang yang
melakukan aksi-aksi terorisme dan pengeboman yang sangat bertentangan
dengan prinsip Islam adalah kasih sayang sehingga menimbulkan kerusakan
yang sangat banyak seperti hilangnya keamanan negara, hilangnya nyawa,
rusaknya bangunan, tercemarnya nama Islam, dan lain sebagainya.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ
لِلهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، أَمَرَنَا بِاتِّبَاعِ صِرَاطِهِ
الْـمُسْتَقِيْمِ وَنَهَانَا عَنِ اتِّبَاعِ سُبُلِ أَصْحَابِ
الْـجَحِيْمِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ الْـمَلِكُ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بَلَّغَ اْلبَلاَغَ الْـمُبِيْنَ
وَقَالَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ تَلَقَّوْا
عَنْهُ الدِّيْنَ وَبَلَّغُوْهُ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا،
أَمَّا بَعْدُ:
Akhlak yang Baik
Puasa tidak hanya menahan
makan dan minum semata, tetapi lebih dari itu, yaitu menahan anggota
badan dari bermaksiat kepada Allah. Menahan mata dari melihat yang
haram, menjauhkan telinga dari mendengar yang haram, menahan lisan dari
mencaci dan menggibah, menjaga kaki untuk tidak melangkah ke tempat
maksiat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barang
siapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalannya serta kebodohan,
maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dari sinilah kita mengetahui hikmah yang
mendalam dari disyariatkannya puasa. Andaikan kita terlatih dengan
pendidikan yang agung ini, niscaya Ramadhan akan berlalu sedang manusia berada dalam akhlak yang agung.
Dalam
riwayat Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa wanita para sahabat
menyuruh anak-anak mereka berpuasa, lalu apabila ada seorang anak yang
menangis minta makan, maka dibuatkan mainan sehingga lupa hingga datang
waktu berbuka.
Demikianlah hendaknya orang tua, mendidik anak-anak
mereka dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ingatlah wahai kaum
muslimin wal muslimat, anak merupakan anugerah dan nikmat dari Allah
sekaligus amanat dan titipan Allah pada pundak kita yang dimintai
pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah.
“Setiap kalian
adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Marilah kita didik anak
kita dengan keimanan, ibadah, dan ketaatan serta hindarkan mereka dari
teman-teman jelek yang kerap meracuni anak-anak kita. Hal ini lebih
ditekankan lagi pada zaman ini di mana pergaulan, pengaruh, dan
polusi-polusi kesucian anak begitu semarak mencari mangsanya sehingga
sedikit sekali yang selamat darinya. Lihatlah mana anak-anak muda
sekarang yang aktif di masjid?! Mana anak-anak muda sekarang yang siap
menjadi imam shalat dan khotib Jumat?!!
Berjuang Melawan Hawa Nafsu
Dalam
puasa seorang muslim dituntut untuk melawan hawa nafsunya. Dia harus
sabar menahan rasa lapar dan dahaga serta keinginan bersenggama yang
sangat disenangi oleh nafsu manusia. Dia melawan kemauan hawa nafsu
tersebut untuk mendapatkan ridha dan kecintaan Allah.
Demikian
hendaknya setiap kita wahai kaum muslimin harus lebih mengedepankan
cinta Allah daripada kemauan hawa nafsu yang kerap mengajak kepada
kemaksiatan.
وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Maka
siapa saja di antara kita yang terjerumus dalam dosa maka hendaknya dia
berjuang melawan hawa nafsunya demi mendapatkan kecintaan Allah.
Konsisten/Terus di Atas Ketaatan
Ibadah puasa mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu, perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan maka beliau bersungguh-sungguh ibadah, menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah suri teladan kita, justru lebih bersungguh-sungguh di akhir Ramadhan, bukan terbalik seperti kebanyakan di antara kita, di awal Ramadhan kita semangat tetapi di akhir-akhir Ramadhan sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan hiasan rumah.
Jadi, persiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya menjelang Ramadhan ini. Jangan sampai kita hanya melewatinya sebagai rutinitas tahunan dan membiarnya berlalu tanpa makna yang spesial.
Ya
Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa keluarga kami, orang tua
kami, istri dan anak-anak kami serta saudara-saudara kami semuanya.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kami, perbaikilah hati kami, dan perbaikilah keadaan negara kami.
Ya Allah, berilakanlah kekuatan dan hidayah kepada para pemimpin kami dalam menjalankan amanah-Mu dengan sebaik-baiknya.
Ya Allah, turunkanlah barokah-Mu dari langit dan bumi, ya Allah luaskanlah rezeki untuk kami dengan rezeki yang halal.
Ya Allah, janganlah Engkau sisakan sebuah dosa
seorang dari kami kecuali Engkau telah mengampuninya, dan suatu hutang
kecauli engkau melunasinya, sakit kecuali engkau menyembuhkannya, dan
kesusahan kecuali Engkau memudahkannya.
اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِي وَعَنْ
جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَـهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ
الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْـمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ مَكَانٍ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ … اذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْـجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْـمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْـمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْـمُوَحِّدِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْـمُسْلِمِيْنَ في كُلِّ مَكَانٍ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْـمُسْلِمَاتِ وَالْـمُؤْمِنِيْنَ وَالْـمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ … اذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ الْـجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Read more about Khutbah Jumat Pilihan by null
Tidak ada komentar:
Posting Komentar